Rabu, 07 Januari 2015

Media pembelajaran


Media pembelajaran
Media pembelajaransecaraumumadalahalatbantuproses belajarmengajar. Segalasesuatu yang dapatdipergunakanuntukmerangsangpikiran, perasaan, perhatiandankemampuanatauketrampilanpebelajar  sehinggadapatmendorongterjadinya proses belajar. Batasaninicukupluasdanmendalammencakuppengertiansumber, lingkungan, manusiadanmetode yang dimanfaatkanuntuktujuanpembelajaran / pelatihan.
Sedangkanmenurut Briggs (1977) media pembelajaranadalahsaranafisikuntukmenyampaikanisi/materipembelajaranseperti :buku, film, video dansebagainya. Kemudianmenurut National Education Associaton(1969) mengungkapkanbahwamedia pembelajaranadalahsaranakomunikasidalambentukcetakmaupunpandang-dengar, termasukteknologiperangkatkeras.
Olehkarena proses pembelajaranmerupakan proses komunikasidanberlangsungdalamsuatusistem, maka media pembelajaranmenempatiposisi yang cukuppentingsebagaisalahsatukomponensistempembelajaran. Tanpa media, komunikasitidakakanterjadidan proses pembelajaransebagai proses komunikasijugatidakakanbisaberlangsungsecara optimal. Media pembelajaranadalahkomponen integral darisistempembelajaran
Dari pendapat di atasdisimpulkanbahwa media pembelajaranadalahsegalasesuatu yang dapatmenyalurkanpesan, dapatmerangsangfikiran, perasaan, dankemauanpesertadidiksehinggadapatmendorongterciptanya proses belajarpadadiripesertadidik.
Menurut Edgar Dale, dalamduniapendidikan, penggunaan media pembelajaranseringkalimenggunakanprinsipKerucutPengalaman, yang membutuhkan media sepertibukuteks, bahanbelajar yang dibuatoleh guru dan “audio-visual”.
Ada beberapajenis media pembelajaran, diantaranya :
1.      Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2.      Media Audial : radio, tape recorder, laboratoriumbahasa, dansejenisnya
3.      Projected still media : slide; over headprojektor (OHP), in focus dansejenisnya
4.      Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputerdansejenisnya.

Padahakikatnyabukan media pembelajaranitusendiriyang  menentukanhasilbelajar. Ternyatakeberhasilanmenggunakan media pembelajarandalam proses pembelajaranuntukmeningkatkanhasilbelajartergantungpada (1) isipesan, (2) caramenjelaskanpesan, dan (3) karakteristikpenerimapesan. Dengandemikiandalammemilihdanmenggunakan media, perludiperhatikanketigafaktortersebut. Apabilaketigafaktortersebutmampudisampaikandalam media pembelajarantentunyaakanmemberikanhasil yang maksimal.
Tujuanmenggunakan media pembelajaran :
Ada beberapatujuanmenggunakan media pembelajaran, diantaranyayaitu :
1.      mempermudah proses belajar-mengajar
2.      meningkatkanefisiensibelajar-mengajar
3.      menjagarelevansidengantujuanbelajar
4.      membantukonsentrasimahasiswa
5.      Menurut Gagne : Komponensumberbelajar yang dapatmerangsangsiswauntukbelajar
6.      Menurut Briggs : Wahanafisik yang mengandungmateriinstruksional
7.      Menurut Schramm : Teknologipembawainformasiataupesaninstruksional
8.      Menurut Y. Miarso : Segalasesuatu yang dapatmerangsang proses belajarsiswa
Tidakdiragukanlagibahwasemua media ituperludalampembelajaran.Kalausampaihariinimasihada guru yang belummenggunakan media, ituhanyaperlusatuhalyaituperubahansikap.Dalammemilih media pembelajaran, perludisesuaikandengankebutuhan, situasidankondisimasing-masing.Denganperkataanlain, media yang terbaikadalah media yang ada. Terserahkepada guru bagaimanaiadapatmengembangkannyasecaratepatdilihatdariisi, penjelasanpesandankarakteristiksiswauntukmenentukan media pembelajarantersebut.
Manfaat Media Pembelajaran
Dalamsuatu proses belajarmengajar, duaunsur yang sangatpentingadalahmetodemengajardan media pengajaran.  Keduaaspekinisalingberkaitan.Pemilihansalahsatumetodemengajartertentuakanmempengaruhijenis media pengajaran yang sesuai, meskipunmasihadaberbagaiaspek lain yang harusdiperhatikandalammemilih media, antara lain tujuanpengajaran, jenistugasdanrespon yang diharapkansiswakuasaisetelahpengajaranberlangsung, dankontekspembelajarantermasukkarakteristiksiswa.  Meskipundemikian, dapatdikatakanbahwasalahsatufungsiutama media pengajaranadalahsebagaialatbantumengajar yang turutmempengaruhiiklim, kondisi, danlingkunganbelajar yang ditatadandiciptakanoleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakanbahwapemakaian media pengajarandalam proses belajarmengajardapatmembangkitkankeinginandanminat yang baru, membangkitkanmotivasidanrangsangankegiatanbelajar, danbahkanmembawapengaruh-pengaruhpsikologisterhadapsiswa.
Secaraumum, manfaat media dalam proses pembelajaranadalahmemperlancarinteraksiantara guru dengansiswasehinggapembelajaranakanlebihefektifdanefisien.  Tetapisecaralebhkhususadabeberapamanfaat media yang lebihrinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasibeberapamanfaat media dalampembelajaranyaitu :
1.      Penyampaianmateripelajarandapatdiseragamkan
2.      Proses pembelajaranmenjadilebihjelasdanmenarik
3.      Proses pembelajaranmenjadilebihinteraktif
4.      Efisiensidalamwaktudantenaga
5.      Meningkatkankualitashasilbelajarsiswa
6.      Media memungkinkan proses belajardapatdilakukandimanasajadankapansaja
7.      Media dapatmenumbuhkansikappositifsiswaterhadapmateridan proses belajar
8.      Merubahperan guru kearah yang lebihpositifdanproduktif.
Selainbeberapamanfaat media seperti yang dikemukakanoleh Kemp dan Dayton tersebut, tentusajakitamasihdapatmenemukanbanyakmanfaat-manfaatpraktis yang lain.  Manfaatpraktis media pembelajaran di dalam proses belajarmengajarsebagaiberikut :
1.      Media pembelajarandapatmemperjelaspenyajianpesandaninformasisehinggadapatmemperlancardanmeningkatkan proses danhasilbelajar.
2.      Media pembelajarandapatmeningkatkandanmengarahkanperhatiananaksehinggadapatmenimbulkanmotivasibelajar, interaksi yang lebihlangsungantarasiswadanlingkungannya, dankemungkinansiswauntukbelajarsendiri-sendirisesuaidengankemampuandanminatnya.
3.      Media pembelajarandapatmengatasiketerbatasanindera, ruangdanwaktu
4.      Media pembelajarandapatmemberikankesamaanpengalamankepadasiswatentangperistiwa-peristiwa di lingkunganmereka, sertamemungkinkanterjadinyainteraksilangsungdengan guru, masyarakat, danlingkungannyamisalnyamelaluikaryawisata.  Kunjungan-kunjunganke museum ataukebunbinatang.





Senin, 15 Desember 2014

Hubungan Perkembangan Paham-Paham Besar di Eropa dengan Kesadaran Kebangsaan Indonesia

Hubungan Perkembangan Paham-paham Besar di Eropa dengan Kesadaran Kebangsaan Indonesia
2.1 Latar Belakang Lahirnya dan Perkembangan Paham-Paham Besar di Eropa
Di Eropa muncul paham-paham baru sebagai akibat dari terjadinya Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. Paham-paham itu, antara lain nasioanalisme, liberalisme, sosialisme. Paham atau sama dengan ideologi. Ideologi atau paham itu sendiri adalah sebuah sistem atau gagasan yang secara normatik memberikan persepsi, landasan, dan pedoman tingkah laku seorang atau masyarakat dalam kehidupan bermasyarat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan yang di cita-citakan. Ideologi atau paham sebagai belive system (sistem kepercayaan) mengandung unsur kepentingan, tujuan, dan cita-cita.
Urayan tentang muncul dan berkembangnya paham-paham di Eropa  diantaranya sebagai berikut :
1.      Paham Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nasional atau nation (bahasa Inggris) atau natie (bahasa Belanda) yang artinya bangsa. Nasional artinya kebangsaan. Bangsa adalah sekelompok manusia yang diam di wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemauan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita dan tujuan.
Nasionalisme dapat diartikan semangat kebangsaan, yaitu semangat cinta kepada bangsa dan negara. Suatu paham yang menyadarkan harga diri suatu kelompok masyarakat sebagai suatu bangsa.
Sebab lahirnya nasionalisme adalah penaklukan negara bangsa lain oleh negara tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi masyarakat negara bangsa yang ditaklukan. Oleh sebab itu, nasionalisme sering diasosiasikan sebagai ekspansinisme, imperialisme, dan peperangan.
Timbulnya nasionalisme karena kombinasi dua factor yaitu factor subjektif dan objektif. Faktor subjektif berupa kemauan, sentiment, aspirasi, dll. Suhungan dengan hal itu ada beberapa batasan pengertian tentang Nasionalisme:
1)      Laporan dari Royal Insituti of Internal mengatakan bahwa:
”a consciousness, on the part of individuals or groups, of membership in a nation, whether one’s or another”
2)      Hans Kohn, lebih cenderung mendifinisikan nasonalisme pada sentiment nasional, ia mengatakan bahwa:
“a state of mind, meating the large majority of a people, and claming to permeate all its members; its recognizes the nation state as the ideal form of political organization and the nationality as the source of all creative cultural energy and economic well being. The supreme loyality of man is therefore to his nationality, as his own life is supposedly rooted in and made possible by its welfare”
3)      Renan menekankan Nasionalisme pada:
“Le sentiment de sacrifices” dan “le consentiment, le desir clairement exprime de continu la vie commune” (Smith, 1983: 174)
Beberapa teori tentang bangsa yang disebut di atas cocok bagi Indonesia adalah teori bedasarkan keinginan (wils). Semangat kebangsaan yang merupakan“psychological state of mind”  harus selalu dibangkitkan dan dihidupkan. Karena itulah Nasionalisme Indonesia, seperti nasionalisme Negara-negara Asia Tenggara lainnya mempunyai basis historis pada kolonialisme dengan politiknya dan nasionalisme merupakan collective conscience untuk menghadapi kondisi sosio-politik yang buruk, yaitu dengan jalan mengdakan reaksi sesuai dengan kedudukan kelompok itu.


2.      Paham Liberalisme
Liberalisme adalah suatu faham yang mengutamakan kemerdekaan individu sebagai pangkal dan pokok dari kebaikan hidup. Menurut paham ini paham ini masyarakat harus mengutamakan individu, karena masyarakat terdiri atas individu dan terbentuk sebagai akibat adanya individu. Oleh karena itu yang terpenting adalah hidup ini individu.  
Mula-mula paham ini berkembang di Eropa dengan kaum borjuis atau warga kota sebagai pendukungnya. Mereka berasal dari berbagai daerah atau bangsa, karena itu tidak memiliki ikatan kekeluargaan dan adat kebiasaan. Kehidupan masyarakat kota yang bebas dank eras makin mendorong mereka hanya memikirkan keperluan sendiri dan bersaing satu sama lain. Peranan kaum borjuis ini semakin penting setelah dan perdagangan menjadi mata pencaharian yang penting.
Pada hakekatnya paham liberal timbul sebagai reaksi terhadap penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama di zaman absolute monarki, dimana setiap orang harus tunduk kepada kekuasaan bangsawan dan agama. Dengan adanya kekangan tersebut orang-orang ingin melepaskan diri dan memperjuangkan kemerdekaan individu. Usaha untuk memperjuangkan kebebasan ini terjadi di beberapa Negara.
Perjuangan paham liberal terutama dalam bidang politik meletus pula dalam peristiwa besar yang kita kenal dngan istilah Revolsi Perancis. Peristiwa ini merupakan bukti kemenangan kaum liberal dalam memperjuangkan kebebasannya. Hal ini disamping Nampak dalam semboyan, yaitu “Liberte, Egalite, Fraternite”, juga Nampak dalam pernyataan hak-hak manusia yang diumumkan pada tanggal 27 Agustus 1789 dengan nama “Declaration des droits de I’ home et du citoyen” (pernyataan hak-hak manusia dan warga negara).

Deklarasi ini antara lain memuat:
1)      Persamaaan hak dalam lapangan politik dan sosial bagi setiap warga Negara;
2)      Penghormatan akan hak milik;
3)      Kedaulatan bangsa Negara yang bersumber pada rakyat;
4)      Kebebasan bertindak asal tidak merugikan oang lain;
5)      Kemerdekaan berbicara dan pers;
6)      Pembagian pajak yang sama yang ditetapkan oleh wakil-wakil rakyat secara bebas;
7)      Penghormatan akan pendirian, kepercayaan dan agama.
Hak-hak manusia dan warga Negara ini merupakan salah satu dasar bagi tumbuhnya nasionalisme di Eropa. Dengan adanya hak-hak manusia dan warga Negara, maka hapuslah hak-hak istimewa yang dimiliki oleh raja, golongan bangsawan dan gereja. Dalam revolusi ini tampil golongan baru yaitu golongan III yang terdiri dari kaum pedagang, pengusaha, dan orang-orang terkemuka dalam masyarakat.
3.      Paham Sosialisme
Sosialisme sebagai suatu paham (gerakan) yang menghendaki suatu masyarakat disusun secara kolektif dengan tujuan mencapai masyarakat yang bahagia. Jadi paham ini titik beratnya pada masyarakat, bukan pada individu.
Tokoh pemikir sosialisme adalah Robert Owen, seorang pengusaha Inggris yang menulis buku  A New of Society an Essay on the Formation of Human Character. Ia adalah orang yang pertama menggunakan istilah sosialisme.
Seorang yang dikenal sebagai Bapak Sosialisme adalah Karl Marx dalam tulisannya Das Kapital yang mengatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan perjuangan-perjuangan kelas, semboyan mereka "bersatulah kaum proletar sedunia." Titik berat dari paham ini adalah pada masyarakat bukan individu, dan dalam hal ini sosialisme merupakan lawan dari liberalisme.
Pada awalnya sosialisme muncul sebagai reaksi atas liberalisme abad ke-19. Pendukung liberalisme adalah kelas menengah (middle class), yang oleh Karl Marx disebut kaum “borjuis”. Kelas menengah ini adalah memiliki industri, perdagangan dan memiliki pengaruh dalam masyarakat dan pemerintah. Ketertindasan kaum buruh oleh para pemilik modal (kapital) menimbulkan reaksi golongan kelas menengah, yang sampai sekarang dikenal dengan istilah gerakan sosialisme. Tujuannya menghilangkan pertentangan antar kelas, kelas buruh dan pemodal.
Ajaran Karl Marx yang kemudian dikenal dengan Marxisme atau Komunisme. Sosialisme merupakan tahap awal dari komunisme, suatu tahap pada masa yang akan datang atau kemudian menjadi komunisme penuh (full communism). Komunisme inilah yang bertumpu pada ajaran Marxisme. 
2.2  Latar Belakang Paham - Paham Besar di Eropa Masuk ke Indonesia
Hal yang melatar belakangi paham-paham Eropa dapat masuk di Indonesia adalah yaitu:
1.      Peranan Pendidikan
Latar belakang masuknya paham-paham besar dari Eropa ke Indonesia yaitu adanya Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Dimana perkembangan pendidikan membawa penduduk pribumi Indonesia dapat perluasan pengatahuan tentang dunia luar yang belum mereka ketahui sebelumnya.
Perkembangan pendidikan di Indonesia terjadi sejak adanya Politik Etis, yang timbul akibat sehubungan dengan adanya tragedi kemiskinan rakyat Indonesia pada abad ke-19 yang kemudian memunculkan kritikan tajam yang diancarkan oleh orang-orang Belanda yang berbudi tinggi. Mereka meminta pemerintah kolonial Belanda untuk melakukan progam Politik Etis. Hal ini perlu dilaksanan di tanah jajahan dalam rangka membalas budi kebaikan rakyatnya. Caranya dengan membantu meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyat jajahan. Progam peningkatan kesejahteraan dan balas budi tersebut disebut Trias Politika yang meliputi bidang irigas, emigrasi dan edukasi.
Di bidang edukasi atau pendidikan diberikan untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Pendirian-pendirian sekolah dilaksanakan masih dengan setengah hati oleh pemerintah Belanda, yang hanya bertujuan untuk kepentingan Belanda dan kelancaran pernjajahan di Indonesia saja. Semua kegiatan di bidang pendidikan di awasi dan di kontrol oleh pemerintah Belanda.      
2.      Peranan Pers Indonesia
Pada abad ke-19, pers masuk ke wilayah Indonesia dan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Wujud perkembangan pers itu dalam bentuk surat kabar ataupun majalah. Munculnya surat kabar dimodali oleh orang-orang Cina dengan menggunakan bahasa Melayu. Derngan demikian, surat kabar yang diterbitkan secara tidak langsung ikut serta di dalam mempopulerkan penggunaan bahasa Melayu. Surat kabar juga memuat isu-isu politik yang sedang berkembang, sehingga secara tidak langsung telah banyak memberikan pendidikan politik pada masyarakat Indonesia. Surat kabar berbahasa Melayu berkembang sejak awal abad ke-20, antara lain sebagai berikut.
a.                 Sumatra: Sinar Soematra, Tjahaja Soematra, Pemberita Atjeh, Pertja Barat.
b.                Jawa: Bromantani, Pewarta Soerabaja, Kabar Perniagaan, Pemberitaan Betawi, Pewarta Hindia, Bintang Pagi, Sinar Djawa, Hampaet, Melayu, Poetera Hindia.
c.                 Kalimantan: Pewarta Borneo.
d.                Sulawesi: Pewarta Manado.
Pers mempunyai kekuatan untuk membangkitkan kesadaran bersama mengenai kepentingan umum, seperti keamanan, kesejahteraan, kemasyarakatan, dan ketatanegaraan. Pers mempunyai peranan penting dalam menjalankan pendidikan politik bagi kaum bumiputra. Malalui pers, apa yang terjadi dipanggung politik dunia mulai dipentaskan kepada umum di Indonesia. Berita-berita luar negeri menambah pengetahuan dan kesadaran politik para pembacanya. Hal ini akan membangkitkan kecenderungan untuk membandingkan situasi politik luar negeri dengan dalam negeri. Pada akhirnya muncul pemikiran dan pemandangan kritis terhadap lingkungan politik dalam segala hal masih didominasi oleh penguasa kolonial.
Peran media :
a)      Melalui surat kabar terdapat pendidikan politik, sebab melalui surat kabar tersebut ternyata dimuat isu-isu mengenai masalah politik yang sedang berkembang sehingga secara tidak langsung melalui surat kabar tersebut telah memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Indonesia.
b)      Melalui Surat kabar atau majalah mempunyai fungsi sosial dasar yaitu memperluas pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat membentuk pendapat (opini) umum.
c)      Pendidikan sosial politik dapat disalurkan melalui tulisan-tulisan di surat kabar dan media masa sehingga menumbuhkan pemikiran dan pandangan kritis pembaca yang dapat membangkitkan kesadaran bersama bagi bangsa Indonesia.
d)     Surat kabar merupakan media komunikasi cetak yang paling potensial untuk memuat berita, wawasan dan polemik (tukar pikiran melalui surat kabar), bahkan ide dan pemikiran secara struktural dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas.
e)      Meskipun pada masa itu ruang gerak pers dibatasi dan dikontrol ketat oleh pemerintah kolonial. Tetapi melalui surat kabar tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan segala sesuatu yang dikehendaki dan diprogramkan oleh pemerintah sehingga sedapat mungkin bisa diinformasikan kepada masyarakat luar. Dimana pemberitahuannya lebih memihak pada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Surat kabar mempunyai fungsi sosial dasar, yaitu memperluas pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat membentuk opini umum. Akan tetapi, ruang gerak persuratkabaran pada zaman kolonial Belanda dibatasi dan dikontrol ketat. Selain surat kabar yang membawa suara nasionalisme, terbit surat kabar yang merupakan pembawa suara pemerintah kolonial Hindia Belanda, seperti  Pantjaran Warta dan Bentara Hindia di Jakarta, Sinar Matahari di Makassar, dan Medan Priyayi di Bandung.
Pada masa pergerakan nasional, pers (surat kabar dan majalah) merupakan media informasi dan komunikasi yang sangat penting dan efektif. Pada mulanya, surat kabar dan majalah digunakan oleh orang-orang Belanda dan Cina. Tujuan penerbitannya pun terbatas untuk kepentingan mereka. Waktu itu kebebasan pers dibatasi oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Sekalipun demikian, di kalangan pers Melayu-Cina sudah mulai ada berita-berita yang bersifat politik. Cita-cita pergerakan nasional Cina diawali oleh Dr. Sun Yat Sen, misalnya telah banyak diketahui golongan terpelajar Indonesia.
Surat kabar berbahasa Melayu yang terbit di Sumatera, di antaranya Sinar Soematra, Tjahaya Soematra, Pemberita Atjeh, dan Pertja Barat. Surat kabar yang terbit di Pulau Jawa, antara lain Bromantani, Pewarta Hindia, Bintang Pagi, Sinar Djawa, Terompet Melajoe, dan Putra Hindia. Surat kabar yang terbit di Kalimantan yaitu Pewerta Menado. Timbulnya kesadaran dan identitas kebangasan Indonesia ditandai oleh didirikannya organisasi kebangsaan, seperti Budi Utomo, Sarikat Islam, Indische Partij, PNI, dan sebagainya. Organisasi- organisasi kebangsaan masing-masing memiliki surat kabar sendiri. Kaum terpelajar dan majalah telah mendidik dan menyadarkan semangat kebangsaan Indonesia. Organisasi-organisasi kebangsaan yang memiliki surat kabar antara lain:
a.       Budi Utomo menerbitkan surat kabar Darmo Kando.
b.      Sarikat Islam menerbitkan surat kabar Oetoesan Hindia.
c.       Perhimpulan Indonesia menebitkan surat kabar Indonesia Merdeka.
d.      Indische Partij menerbitkan surat kabar Het Tijschrift dan de Expres.
Melalui media pers tokoh-tokoh kaum pergerakan nasional dapat saling berkomunikasi, aspirasi rakyat Indonesia terus bergelora. Jelaskan peranan dan kontribusi pers pada masa pergerakan nasional sangat menentukan bagi terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia. Pada waktu itu, pers telah tampil sebagai alat perjuangan dalam merintis kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia
Untuk mengimbangi peredaran surat kabar dan majalah, kaum pergerakan nasional, pemerintahan kolonial Hindia-Belanda kemudian mendirikan badan penerbitan yang diberi nama Balai Pustaka. Diterbitkanlah buku-buku yang bersifat netral untuk mebelokkan perhatian rakyat Indonesia agartidak menyenangi artikel-artikel yang ditulis kaum pergerakan. Sekalipun demikian tokoh-tokoh kaum pergerakan tetap aktif menyuarakan perjuangan kemerdekaan. Melalui tulisan-tulisan mereka itulah kebangsaan tumbuh di kalangan rakyat Indonesia melalui pers bangsa Indonesia dididik berpolitik dan dibangkitkan semangat kebangsaannya. Pada waktu itu, surat kabar dan majalah merupakan media pendidikan. Itulah sebabnya pers pada masa pergerakan nasional disebut pers perjuangan.
2.3     Pengaruh Paham-Paham Eropa di Indonesia
Pengaruh paham-paham besar terhadap kesadaran kebangsaan Indonesia. Dengan adanya paham -paham tersebut mendorong rakyat indonesia sadar akan perasaan kebangasaan. Kemudian hal tersebut di implementasikan dalam pembentukan organisasi-organisasi pergerakan-pergerakan nasional untuk melawan penjajah.
Pengaruh paham nasionalisme di Indonesia ditandai dengan muncul berbagai gerakan nasioanal di Indonesia yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan
Tahapan perkembangan nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
1.      Periode Awal Perkembangan
Dalam periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki situasi sosial dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo, Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.
2.      Periode Nasionalisme Politik
Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Indische Partij dan Gerakan Pemuda.
3.      Periode Radikal
Dalam periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan baik itu secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau bekerjasama dengan penjajah). Organisasi yang bergerak secara non kooperatif, seperti Perhimpunan Indonesia, PKI, PNI.
4.      Periode Bertahan
Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh pertimbangan. Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif sehingga organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar tidak dibubarkan pemerintah Belanda. Organisasi dan gerakan yang berkembang pada periode ini adalah Parindra, GAPI, Gerindo.
Dari perkembangan nasionalisme tersebut akhirnya mampu menggalang semangat persatuan dan cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia yang bersatu dari berbagai suku di Indonesia. Nasionalisme adalah rasa luhur yang dimiliki bangsa Indonesia, cerminan dari komitmen yang pernah diikrarkan berpuluh-puluh tahun lampau, bertolak dari rasa persaudaraan, senasib sepenanggungan.
Paham liberalisme di Indonesia melahirkan keuntungan tersendiri, yaitu adanya Politik Etis. Dimana hal itu kemudian membuat terjadinya perkembanagan pendidikan, seperti pendirian sekolah-sekolah untuk penduduk pribumi Indonesia. Penduduk pribumi Indonesia pun memiliki pengetahuan tentang betapa belenggu penjajahan selama ini mengekang semua aktivitas penduduk pribumi, hal itu akhirnya juga memunculkan perasaan kesadaran kebangsaan penduduk pribumi Indonesia.
Paham sosialisme merupakan tahap awal dari komunisme. Di Indonesia paham komunisme diperkenalkan oleh Sneeveliet seorang pegawai perkereta-apian yang berkebangsaan Belanda. Paham komunisme diwujudkan dalam pembentukan organisasi yang bernama Indische Social Democratis The Vereeninging (ISDV)Pada tanggal 23 Mei 1920 ISDV merubah namanya menjadi Partai Komumunist Hindia yang pada bulan Desember tahun yang sama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Organisasi ini adalah organisasi yang bersifat non-kooperatif terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Organisasi ini bersifat juga radikal dengan mnginginkan Indonesia merdeka.

Dengan lahirnya paham-paham besar di Eropa tersebut mendorong rakyat Indonesia sadar akan rasa kebangsaan. Mereka harus bersatu untuk melawan para penjajah yang telah memberikan berbagai penderitaan. Rasa kebangsaan tersebut diimplemntasikan dengan pembentukan organisasi yang bergerak mentang penjajah dan menuntut Indonesia merdeka.